Langsung ke konten utama

Asrama Sejuta rasa, Sejuta cerita #2


Pertimbangan yang benar.... Itu sudah keputusan paling bijaksana.... Tapi.. tapi keputusan itu meruntuhkan tekadku.


 Sekolah di Jogja bagiku bukan sesederhana kata-katanya saja. Bagiku, itu akan jadi sebuah titik perubahan besar dalam hidupku. Seperti mulai dari nol. Aku akan beradaptasi dengan orang-orang baru di lingkungan yang baru, tempat dan nuansa baru yang belum pernah kualami, ada rasa keingintahuan yang besar dalam diriku, merasa tertantang, tertantang untuk mengukir mimpi dengan cerita-cerita baru. Itu tadinya yang akan kulakukan, jika aku sekolah di Jogja.




Sampai di rumah, aku segera menyerahkan surat itu. Aku-Ibuku-dan Ayahku bertiga membaca surat itu. Kami bertiga mencermati kata demi kata seakan tak ingin satu bagian pun terlewatkan. Isinya.. sungguh tidak disangka! Isinya adalah tawaran beasiswa untuk bersekolah di salah satu sekolah yayasan PASIAD INDONESIA. Sekolah itu ada 8 cabang di Indonesia, dan yang di Jogja inilah cabang yang paling baru. Sekolah itu, sekolah itulah yang aku lihat di brosur KMP IV jaman aku kelas 5 SD dulu. Waktu itu saat aku mengikuti kompetisi matematika pasiad di SMPN 5 Yogya, aku melihat sekolah itu! Aku ingat benar, karena waktu itu aku bermimpi bisa sekolah di sekolah asrama, bertaraf internasional, yang dibrosurnya ada gambar murid-muridnya diajar sama bule, seperti sekolah itu. Brosurnya pun masih kusimpan sampai sekarang. Waktu itu aku berdoa agar nantinya aku bisa jadi anak pandai dan bisa masuk ke sekolah keren itu agar bisa diajar bule. Haha, itu impian seorang anak SD. Tak kusangka, hari ini Allah mengabulkan doaku.


“Sekolah pertama..bagaimana menurutmu?” ujar ibuku

Bagiku sekolah ini merupakan jawaban atas kebimbanganku selama ini. Inilah paradigma ‘memilih sekolah’ anak-anak yang baru saja lulus. Otakku berpikir cepat. SMAN 1 Wonosari adalah sekolah bagus, bahkan terfavorit di GK. Semenjak awal, sebelum aku punya keinginan untuk melanjutkan diluar kota, SMAN 1 terus jadi targetku. Aku bahkan kadang geli membayangkan bagaimana kalau nanti aku di SMA dan pelajarannya diajar oleh ayahku sendiri? Akreditasinya pun bagus. SMAN 1 adalah sma yang bagus, ya..karena pilihannya adalah SMA 1 Wonosari dan SMA ini, tekadku yang telah runtuh semerta-merta terbangun kokoh lagi. Aku butuh perubahan.


“YA.”
 Kubaca lagi nama sekolah itu.
 Inilah keputusanku.

Aku memilih sekolah ini.

===

Ayah dan ibuku serta merta mengangguk. Tampaknya beliau berdua pun setuju. Bagiku keputusan ini adalah keputusan besar yang telah kubuat. Aku mau menanggung segala resiko dari keputusan ini. Aku tidak mau ragu-ragu lagi. Tekadku sudah bulat.
#####

Juli 17, 2011
Pukul 15.00 WIB KESATUAN BANGSA SCHOOL
DINNING ROOM HALL




Saat itu adalah acara pelepasan siswa baru oleh wali murid masing-masing kepada pihak sekolah. Aku mengenakan kemeja biru bercorak bulatan hitam dan rok hitam panjang duduk di kursi paling depan bersama ayahku. Ibu, pakdhe, dan budhe ku menunggu diluar. Acara itu simpel, namun sedikit mengharukan. Disampingku kulihat salah satu calon siswa sedang melingkarkan kedua tangannya di bahu ayahnya yang sedang duduk di depannya. Ayahnya tampak memberitahunya sesuatu dan raut wajah siswa itu yang tadinya cemberut sedih mengangguk dan tersenyum. Sebuah moment pelepasan yang akan kuingat sebagai moment awal perjalanan hidup baruku....



Setelah moment pelepasan itu, setelah aku berpelukan dengan kedua orangtuaku, setelah mendapatkan petuah-petuah bijak yang menyemangatiku, setelah mengucapkan kata perpisahan dan melambaikan tangan penuh rasa haru,, aku memantapkan diri melanjutkan langkahku, memasuki asramaku. Asrama yang nantinya akan menyimpan cerita hidupku selama 3 tahun ke depan. Asrama Putri. Asramaku..

Banyak, sangat banyak orang yang kutemui disana, bahkan mungkin semuanya adalah orang-orang yang belum aku kenal. Begitu banyak rona wajah baru, senyuman-senyuman baru, tegur sapa, malu-malu, dan nama-nama baru. Nama-nama yang akan menjadi teman senasib-seperjuanganku dalam menggurat mimpi-mimpi di SMA ini.


Kuhentikan langkahku. Di depanku, sebuah pintu kayu yang dicat berwarna coklat tua tampak tegap berdiri. Di tengahnya, tertempel selembar kertas HVS yang berisi sederet tulisan. Kamar 4.5, DAFTAR NAMA SISWA KAMAR 4.5, 21. FIQIE AMANATIA FIRDAUSYA, 22.CHUSNA AMALIA 23. .....
Kamar 4.5. Ini kamarku. Kubuka pintunya dan kutemukan pandangan baru yang mengasyikan.




 Tampak beberapa anak baru tengah sibuk menata-nata barangnya ke dalam lemari. Pakaian, buku, mukena, sikat gigi, odol, sabun, aneka snack dan makanan ringan, ia tata satu-satu dengan rapi di lemari berisi 3 rak berwarna soft abu-abu. Lemari ini terbuat dari semacam logam, mungkin besi karena magnetku bisa nempel,hehe. Catnya dipilih warna soft abu-abu sehingga menampilkan kesan disiplin dan elegant, dan rapi. Sprei dan sarung bantal, termasuk bedcover dan bantalnya juga disediakan oleh sekolah. Warnanya pink-biru sehingga seragam. Tempat tidur kami ada 4, bertingkat, sehingga muat untuk 8 orang. Aku dapat tempat tidur yang atas. Itu baru bagiku, karena aku tidak pernah yang namanya tidur di atas, sempat takut nggglundung juga sih,hehe, tapi kutepis ketakutan itu dan meyakinkan diriku bahwa aku udah gede, ga seperti dulu yang kalau tidur suka banyak gerak, muter-muter kesegala arah. Tidurku udah kalem.  Hehe.


Dengan asyik kuamati kegiatan anak-anak di sekelilingku. Ada anak yang sedang memasang seprei dengan teman barunya membantunya. Ada yang masih sibuk membuka kardus-kardus paket berisi barang-barang. Aku berpikir kemungkinan besar pasti dia dari luar Pulau Jawa, sehingga barangnya harus dipaketkan ke Jawa. Ada pula anak yang tengah asyik berkenalan dengan teman sekamarnya. Aku mengikuti kedua anak ini. Kami pun saling berkenalan dan bertukar informasi tentang diri kami, darimana, dulu sekolah dimana, gimana bisa masuk ke sma ini, berangkat jam berapa dari rumah, dianter siapa, dan sebagainya. Aku tersenyum senang. Keramahan orang-orang di kamar ini membuatku merasa nyaman disini.



Ternyata teman sekamarku banyak yang berasal dari luar daerah, bahkan luar pulau. Sekamar, ada 2 anak yang berasal dari Jogja, 2 dari temanggung, 1 dari solo, 1 dari makassar, 1 dari bengkulu, dan 1 lagi dari kalimantan. Logatnya pun macam-macam. Kami berlima, aku fiqie kenis ida intan yang berasal dari Jogja dengan luwesnya bisa ngomong pakai bahasa Jawa. Kadang kami suka bikin bengong mereka kalau lagi ngomong pakai bahasa dan logat asli Jawa, hehe. Namun kadang kami juga jadi bengong sendiri waktu denger Iffah yang asli makassar ini lagi ngomong sama temen-temen dari daerahnya, makassar, pakai logat makassar- yang kedengeran suepeerr cepet bagi telinga orang jawa- itu.


Di asrama, kami didampingi oleh 3 orang abla. Ayu abla, Putri abla, dan Sumeyye Abla. Kata abla sendiri berasal dari bahasa turki –karena sekolah kami ini yayasan turki-indonesia PASIAD- yang artinya “kakak perempuan”. Ya, kami punya 3 kakak perempuan yang akan mendampingi dan menemani kami selama diasrama ini. Mereka bertiga ini nantinya tidak hanya mengawasi dan mendidik kami agar disiplin di asrama,namun juga benar-benar berperan sebagai “kakak” tempat berbagi kebahagiaan dan kesedihan, tempat berbagi cerita dan keluh kesah kami. Ayu abla asli orang Kebumen, jadi bisa bahasa Jawa. Putri abla orang Batak, dari Medan. Sementara Sumeyye abla, adalah Ketua Direktur Asrama kita, asli dari daerah timur tengah, Turki. Ketiganya merupakan abla yang tipikal baik dan ramah, namun juga disiplin dan tegas. 

Ketua Asrama kami, mempunyai kharisma yang memancarkan sifat keibuan, bijaksana, dan rendah hati. Sumeyye abla juga berparas cantik dan selalu ramah menyapa kami dengan senyum dan suaranya yang khas. Beliau adalah orang turki yang telah bisa berbahasa Indonesia namun logatnya masih terdengar unik di telinga, hehe.



Kubaca jadwal harian siswa baru saat aku melewati salah satu kamar. Hmm,, inilah cerita baruku. Hari ini, tanggal 17 juli 2011, berawallah kisah baru masa SMA ku di sekolah asrama.
#####



To be continued

Komentar