Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2018

Sebuah cangkir di atas kepala

Orang bilang, setiap orang membawa sebuah cangkir di atas kepala mereka. Sebuah cangkir yang selalu mereka bawa kemana-mana setiap harinya. I love the idea of this. Sepanjang hari, tanpa sadar mereka ingin mencari orang-orang yang mengisi cangkir mereka. Mengisi dengan rasa cinta, rasa dibutuhkan, rasa dihormati, dan rasa bahwa dia memiliki makna. Semua orang ingin menjadi berarti di dunia kecil mereka. Berbagi dan saling mengisi cangkir satu sama lain. Tapi, pasti akan ada orang-orang yang senang menumpahkan isi dari cangkir seseorang, membuat isi cangkirnya berkurang atau bahkan kosong. Mereka adalah orang-orang yang suka meremehkan dan memandang rendah orang lain, hingga orang lain kehilangan makna. “When you want to pour the other’s cup, you need to fill your cup first”. Orang dengan cangkir kosong akan cenderung merasa tak bisa lagi berbagi isi cangkir pada orang lain. Mereka akan merasa useless dan menutup diri. Mereka menunggu seseorang yang bisa mengisi lagi cangkir mereka. Ha

Sonder

Kepada pemilik awan putih pertanyaanku padamu begitu sederhana sebuah spontanitas rasa yang meletup tatkala aku memikirkannya apakah itu kreasi atau fakta? Kepada pemilik riuh debur ombak aku berdiri di ujung dermaga layar mengembang kapal berlaga namun pikirku aku tak akan sampai disana apakah kini aku dekat dengan neraka? Kepada pemilik garis indah di sore hari warna tanur yang membara ku tinggalkan apa yang mereka sebut asa berbelok bagai burung pengembara apakah aku masih sanggup Kau rindu? Kepada pemilik lentera malam aku terusik dan tak bernyawa kaleidoskop yang coba kutata semuanya mengarah padamu, sosok yang kulupa apakah aku kini berjalan kearahMu? pada janji yang tak pernah Kau ingkari aku bertumpu kuletakkan ranselku dan simpan barang barangku kepadamu aku menulis surat ditemani remang lilin aku bertanya bolehkah aku, hanya mengharap cinta-Mu? surat seorang hamba pada pemiliknya.