Kepalaku sedang penuh. Semuanya berputar seperti loncatan-loncatan listrik dalam kepala. Semoga tidak lupa akan semangat yang kurasakan hari ini. Aku akan bagikan ceritanya.
Jadi tadi setelah membaca suatu cerita tentang Barnes dan Thomas Alfa Edison, aku menyadari suatu hal.
Hasrat atau Desire.
merupakan salah satu kekuatan yang sering dilupakan orang-orang dalam menggapai mimpi. Bahwa mereka memiliki keinginan, tapi keinginan itu tidak dijiwai dalam hati mereka, tidak diimajinasikan dalam angan mereka, dan tidak mereka tanamkan dalam pikiran mereka.
Padahal melakukannya tidak membutuhkan uang atau tenaga. Membentuk desire dalam usaha meraih mimpi adalah salah satu kunci sukses ratusan orang yang diwawancarai oleh Napolleon Hill, penulis buku "Think, and Grow Rich".
Bukankah Allah sudah meminta kita untuk berhusnudzon (berbaik sangka) pada-Nya?
Bukankah kita diminta untuk yakin saat berdoa pada Allah? YA. Yakinlah bahwa Allah menggenggam doa kita dan melepaskannya di saat yang tepat.
Bukankah ada tiga pilihan jawaban dari doa kita : ya, nanti, atau Kuberi yang lebih baik!
Karena itu berbaik sangka lah. Yakinlah! Tanamkan apa yang menjadi mimpimu dalam dalam di kepalamu, hingga seluruh tubuh dan jiwamu bergerak untuk meraihnya dan berusaha menjadikannya nyata. Yakin pada Allah. Jika ini terdengar idealis, sebenarnya tidak. Karena ini adalah bukti nyata wawancara pak Hill dengan kurang lebih 500 orang jutawan selama 25 tahun.
Pernah dengar Edwin C. Barnes?
Ia bermimpi menjadi mitra kerja sang penemu terkenal, Pak Edison, penemu bola lampu.
Tapi bagaimana? Ia tidak punya uang, ia tidak kenal Pak edison, bahkan ia tidak bisa membeli sebuah tiket ke New Jersey, tempat Pak Edison tinggal.
Masalah seperti itu sudah cukup untuk membuat sebagian orang mundur. Namun Barnes tidak, ia memiliki ketetapan hati. Ia tidak punya uang, namun ia punya hasrat yang membara, dan percayalah, mestakung (semesta mendukung) adalah sisanya. Bagi Pak Edison, Barnes adalah gelandangan biasa namun pak Barnes memiliki hal yang lain dari pekerja lainnya. Ia telah beketetapan hati untuk meraih mimpinya, dan Allah telah menggerakannya dan juga semesta untuk menjadikan mimpi Barnes nyata.
Barnes tentu tidak mendapat kemitraan di awal kerjanya bersama Edison. Ia awalnya hanya mengerjakan hal-hal yang tidak penting bagi Edison. Bulan berganti bulan, namun pak barnes bahkan tidak bertanya "Yah apa gunanya? Lebih baik aku mencoba yang lain" TIDAK.
Benar kata para ahli jiwa "Ketika sesorang benar-benar siap untuk sesuatu, sesuatu tersebut akan datang, atas izin Tuhan".
Edison baru menyelesaikan alat bernama Ediphone namun tidak disambut dengan antusias di pasaran. Barnes melihat ini sebagai peluang. Barnes yakin ia bisa menjual mesin tersebut. Bahkan saking suksesnya ia menjual, Edison memberinya sebuah kontrak, dan terwujudlah mimpi Barnes untuk dapat bermitra dengan Edison. Coba pikirkan.
Barnes tidak punya uang untuk memulai. Ia tidak cukup berpendidikan. Tidak punya pengaruh. Akan tetapi ia punya inisiatif, keyakinan, dan kemauan untuk menang.
KARENA ITU JANGAN PERNAH MENYERAH!
Mulailah dengan menulis atau bahkan menggambarkan mimpimu dalam Dreambook dan bacalah berulang-ulang setiap hari agar terekam dalam sinapsis kita. Visualisasikan dalam pikiran agar seluruh sel mengingatnya dalam diri kita. YANG TERAKHIR DAN YANG PENTING
adalah kita harus bisa memantaskan diri di hadapan Allah. Analoginya begini, jika ada anak TK meminta kepada orangtuanya laptop apakah akan diberikan? Tentu tidak, hal tersebut karena masih belum pantas untuk seorang anak TK bukan? Nah sama seperti kita, yang jikalau kita belum pantas, akankah Allah mau menitipkan rezekinya pada kita?
yuk sama sama memantaskan diri
Chusna Amalia
Bandung, 1 Februari 2018
Chusna Amalia
Mikrobiologi ITB
Jadi tadi setelah membaca suatu cerita tentang Barnes dan Thomas Alfa Edison, aku menyadari suatu hal.
Hasrat atau Desire.
merupakan salah satu kekuatan yang sering dilupakan orang-orang dalam menggapai mimpi. Bahwa mereka memiliki keinginan, tapi keinginan itu tidak dijiwai dalam hati mereka, tidak diimajinasikan dalam angan mereka, dan tidak mereka tanamkan dalam pikiran mereka.
Padahal melakukannya tidak membutuhkan uang atau tenaga. Membentuk desire dalam usaha meraih mimpi adalah salah satu kunci sukses ratusan orang yang diwawancarai oleh Napolleon Hill, penulis buku "Think, and Grow Rich".
Bukankah Allah sudah meminta kita untuk berhusnudzon (berbaik sangka) pada-Nya?
Bukankah kita diminta untuk yakin saat berdoa pada Allah? YA. Yakinlah bahwa Allah menggenggam doa kita dan melepaskannya di saat yang tepat.
Bukankah ada tiga pilihan jawaban dari doa kita : ya, nanti, atau Kuberi yang lebih baik!
Karena itu berbaik sangka lah. Yakinlah! Tanamkan apa yang menjadi mimpimu dalam dalam di kepalamu, hingga seluruh tubuh dan jiwamu bergerak untuk meraihnya dan berusaha menjadikannya nyata. Yakin pada Allah. Jika ini terdengar idealis, sebenarnya tidak. Karena ini adalah bukti nyata wawancara pak Hill dengan kurang lebih 500 orang jutawan selama 25 tahun.
Pernah dengar Edwin C. Barnes?
Ia bermimpi menjadi mitra kerja sang penemu terkenal, Pak Edison, penemu bola lampu.
Tapi bagaimana? Ia tidak punya uang, ia tidak kenal Pak edison, bahkan ia tidak bisa membeli sebuah tiket ke New Jersey, tempat Pak Edison tinggal.
Masalah seperti itu sudah cukup untuk membuat sebagian orang mundur. Namun Barnes tidak, ia memiliki ketetapan hati. Ia tidak punya uang, namun ia punya hasrat yang membara, dan percayalah, mestakung (semesta mendukung) adalah sisanya. Bagi Pak Edison, Barnes adalah gelandangan biasa namun pak Barnes memiliki hal yang lain dari pekerja lainnya. Ia telah beketetapan hati untuk meraih mimpinya, dan Allah telah menggerakannya dan juga semesta untuk menjadikan mimpi Barnes nyata.
Barnes tentu tidak mendapat kemitraan di awal kerjanya bersama Edison. Ia awalnya hanya mengerjakan hal-hal yang tidak penting bagi Edison. Bulan berganti bulan, namun pak barnes bahkan tidak bertanya "Yah apa gunanya? Lebih baik aku mencoba yang lain" TIDAK.
Benar kata para ahli jiwa "Ketika sesorang benar-benar siap untuk sesuatu, sesuatu tersebut akan datang, atas izin Tuhan".
Edison baru menyelesaikan alat bernama Ediphone namun tidak disambut dengan antusias di pasaran. Barnes melihat ini sebagai peluang. Barnes yakin ia bisa menjual mesin tersebut. Bahkan saking suksesnya ia menjual, Edison memberinya sebuah kontrak, dan terwujudlah mimpi Barnes untuk dapat bermitra dengan Edison. Coba pikirkan.
Barnes tidak punya uang untuk memulai. Ia tidak cukup berpendidikan. Tidak punya pengaruh. Akan tetapi ia punya inisiatif, keyakinan, dan kemauan untuk menang.
KARENA ITU JANGAN PERNAH MENYERAH!
Mulailah dengan menulis atau bahkan menggambarkan mimpimu dalam Dreambook dan bacalah berulang-ulang setiap hari agar terekam dalam sinapsis kita. Visualisasikan dalam pikiran agar seluruh sel mengingatnya dalam diri kita. YANG TERAKHIR DAN YANG PENTING
adalah kita harus bisa memantaskan diri di hadapan Allah. Analoginya begini, jika ada anak TK meminta kepada orangtuanya laptop apakah akan diberikan? Tentu tidak, hal tersebut karena masih belum pantas untuk seorang anak TK bukan? Nah sama seperti kita, yang jikalau kita belum pantas, akankah Allah mau menitipkan rezekinya pada kita?
yuk sama sama memantaskan diri
Chusna Amalia
Bandung, 1 Februari 2018
Chusna Amalia
Mikrobiologi ITB
Komentar