Juni.
Hujan lagi,
Sunday merenung, memainkan ujung sepatunya ke cipratan air yang menetes dari atap koridor. Lagi-lagi ia tidak membawa payung. Tasnya sudah cukup berat membawa-membawa laptop dan aneka barang yang ia masukkan ke dalam tas pagi tadi. Satu buah payung baginya tentu akan memakan ruang cukup besar di tasnya yang cukup padat. Satu-satunya yang muncul di kepalanya sekarang adalah mengambil jaslab dari tasnya dan memakainya sebagai payung saat ia berlari menyebrangi lapangan. Tapi hal itu masih ia timang-timang.
Sunday menengok ke belakang, lalu dengan cepat kembali ke arah semula ia menatap. Rupanya apa yang ia cari tak kunjung nampak.
"Ahh sudahlah, aku tau dari awal ini akan sia-siaa" Sekejap saja, ia sudah melesat dengan jaslab putih terbentang di atas kepalanya, berlari-lari menembus hujan.
#
Sunday berhenti, berpegang pada tiang halte, mengatur napas.
Hari mulai larut, dan angkot tak kunjung datang.
Besok ada laporan, Sunday mengingatkan dirinya sendiri.
Tepat ketika ia menginjak batu yang salah. Dan dukkk ia terjerembab.
Yah, terserah!
Sunday bangkit. Ia lelah hari itu. Semester itu emang membuat ia dan teman-teman sekelasnya kerja rodi. Yang ada dipikiran Sunday sekarang hanya teh hangat dan kasur yang empuk. Tidak lebih tidak kurang.
Pokoknya mau tidur.
Sunday mengamati bekas lukanya. Bekas luka yang mirip yang ia dapat saat tes lari tahun lalu.
Jangan mengeluh. Tangan Sunday mengepal erat. Jalani apa yang sudah menjadi pilihanmu.
Kamu tidak tahu perasaan mereka.
Tidak berhak sia-siakan kesempatan yang mereka harap.
Jangan mengeluh.
Kamu akan lebih kuat.
Sunday mengalihkan matanya. Rintik hujan tak lagi mengenai tubuhnya. Seseorang berpayung telah berdiri tepat di depannya.
"Kau menunggu angkot? Mereka tidak akan datang."
Sunday mendongak. "Hai."
Sunday melap pipinya yang kotor setelah mencium tanah.
"Katamu tadi..kenapa mereka tidak akan datang?"
Orang itu hanya menyunggingkan senyum dan berjalan.
"Mogok..lebih baik kau berjalan kalau tidak mau masuk berita besok pagi."
Seenaknya saja, orang ini. Sunday buru-buru mengikutinya. Takut juga ditinggal sendirian di halte malam-malam.
"Kalau kau takut bisa ku antar, tapi gak gratis"
Sunday melirik. "GAUSAH"
Orang itu hanya tertawa.
"Bercanda. Gratis kok."
Sunday tidak menanggapi. Ia hanya terus berjalan.
"Omong-omong..kenapa kau berjalan? Kau tidak naik angkot kan"
"Kepo".
Ish, gumam Sunday. Rasanya ingin sekali batu kerikil disebelahnya ia tendang tepat ke arah bahu orang itu. Tapi ia urungkan. Kakinya sakit. #
Kutemukan lagi.
Akhirnya, aku menemukan sosokmu.
Dan, lagi-lagi aku kehilangan kendali
Atas euforia yang menyebar cepat
Kau tidak berpikir aku bisa menebak semua yang kau pikirkan, kan?
Lagi - lagi aku berbagi tawa kearahmu.
..
Semoga tidak ada yang bisa menebak perasaanku, malam itu.
Komentar