Langsung ke konten utama

Sakit dan Masakan Ibu

28 Mei 2024 


"Gimana kondisi pagi ini?" tanya seorang ibu kepada anaknya yang sudah 3 hari sakit

Aku membuka mata, semalam aku tidak makan. Flu, muntah dan batukku bikin aku gabisa ngapa-ngapain. Dari isya aku udah ga bergerak dari kasur. Tidur. Tepar sekali.

"Masih batuk batuk bu" jawabku.

"Buat makan, liwet, bikin sayur yang berkuah, dari pagi masak jadi makan itu 3 kali" ujar ibuku dengan nada sedikit mengomel.

Aku yang masih dalam kondisi tubuh lemah pun auto merasa sedih.

"Kok ibu ga kesini? Kan enak kalau lagi sakit bisa dimasakin ibu.."

"Kapan? Kan bentar lagi 2 minggu lagi kamu pulang"

Aku makin sedih. Jadi aku diam saja. Mendengarkan.

Sampai telepon itu ditutup.

Aku matikan power di HPku. Lalu mengumpulkan tenaga buat berjalan ke dapur agar aku bisa masak, makan dan minum obat.

Mungkin terdengar manja, tapi aku rindu masakan ibu. Kalau sedang sakit dan tepar begini, dan jauh dari keluarga rasanya sedih karena aku masih harus mengurus diriku sendiri dan ke dokter sendiri saat sakit. Di saat badan tidak berdaya, aku masih harus memasak sendiri. Bahkan saat aku operasi 3 gigi bungsu yang membuat pipiku bengkak besar dan tidak bisa makan, aku masih harus masak sendiri. Kalau jajan di luar memang belum tentu sehat, banyak micin dan belum tentu higienis. Ibu-ibu temanku yang lain sering menjenguk anaknya. Tapi ibuku sangat jarang. Aku ingin setidaknya Ibuku datang menjengukku dan memasak untukku saat aku sakit.

Aku pun menyuap sayur yang aku rebus. Aku membesarkan hati. I'm a grown up afterall. Apalagi jadi anak pertama wanita di keluarga Asia, orang-orang akan menuntutmu bisa apa aja. Ibu juga kasian kalau harus keluar kota sendiri. Jadi mau ga mau aku harus bisa urus diri sendiri. Aku jadi inget momen-monen aku batuk 2 bulan di Depok tahun 2019, bapak dan ibuku datang jauh-jauh ke Depok, nganterin berobat ke rumah sakit. Momen yang sangat bikin terharu aku sebagai anak, tapi aku tau itu akan ngrepotin mereka...😂

Seusai makan, aku minum obat, lalu tidur. 

Siang saat badha dhuhur aku menyalakan hpku.

Selain beberapa pesan dari mitra dan teman kantor yang masuk menanyakan kerjaan, ada satu pesan dari ibuku.

"Sudah makan siang?"

Aku pun membalas pesan itu. 

"Ibu maaf ya tadi aku minta ibu datang kesini. Aku kangen masakan ibu. Maaf ga bermaksud bikin kepikiran"

Aku mengetiknya sambil nangis. Aku tau aku egois karena aku ingin ibu menjengukku saat aku sakit. Aku tau ibu bukannya ga peduli padaku menyuruhku ini itu sendiri, tapi dia juga punya keterbatasan hingga tidak bisa kesana kemari seorang diri. Aku jadi takut permintaanku tadi pagi membuatnya repot atau melukai perasaannya.

"Ibu sehat, kan?" ketikku lagi.

Ibuku bukan orang yang suka menuntut atau meminta hal apapun. Bahkan saat dia sakit dulu dan aku sedang jauh, semua pekerjaan rumah tetap dia kerjakan, bahkan dia ga bilang ke anaknya kalau lagi sakit.

Ibu pun membalas pesanku dengan permintaan maafnya karena gabisa datang kesini. Dia ingin tapi dia belum bisa. Dia bilang dia berdoa untuk kesehatanku selalu. 

Sehat-sehat ibuku... pesannya adalah, selalu bersyukur sama apa yang orang tuamu berikan. Bersyukur sama apa yang kamu punya, dan coba lihat sesuatu itu ga dari POV kamu sendiri tapi dari POV orang lain juga.. jadi kamu lebih ikhlas dalam menerima.


Komentar