Langsung ke konten utama

25 Oktober 2023

 Ternyata bener ya rata-rata aku buka blog ini adalah sebulan sekali. Gatau kenapa ya tapi dorongan buat ngelakuin journaling day emang baru muncul di akhir-akhir bulan hehe. Butuh media untuk nyimpan segala uneg-uneg ataupun hal-hal enlightening yang dialami biar ga lupa. Lega aja kalau udah pencet publish, meski yang baca juga aku doang palingan wkwkw

Jadiii di Oktober ini aku banyak melalui percakapan random yang mayan enlightening (cie) wkwk

Yang pertama, aku ngerasa bahwa sebagian besar pepatah itu gabisa diikuti 100% ke seluruh aspek hidup kita. Ada timing-nya. Misalnya, ada pepatah yang bilang bahwa kita gaboleh terjebak zona nyaman, harus mau terus maju dan bertumbuh. Karir harus progresif... harus bisa menchallenge diri terus supaya bisa nambah kapasitasnya. Intermezzo, kemarin sempet ngobrol-ngobrol dengan seorang temen bahwa di negara 4 musim itu biasanya negaranya cenderung lebih maju daripada negara tropis. Alasannya karena mereka terbiasa berpikir strategik untuk antisipasi keterbatasan kesediaan pangan, beda sama negara tropis yang notabenenya mataharinya ada terus, bisa panen terus. Lalu kita sepakat bahwa kapasitas itu bisa bertambah saat ada keterbatasan.. jadi kita ngga boleh terlena dengan zona nyaman. 

Lalu di sesi ngobrol-ngobrol yang sama, kita bahas juga tentang orang yang merasa "cukup" dengan karirnya. Dia gamau naik lagi ke jabatan yang lebih tinggi walaupun pas kita lihat nih, dia sebenernya punya kompetensi untuk itu. Analisa kita, bisa jadi karena beliau tidak ingin waktu dengan keluarga berkurang. Bisa jadi beliau lebih mengutamakan work-life balance karena itu bikin beliau bahagia. Bisa jadi, naik ke jabatan yang lebih tinggi justru mendatangkan mudharat/bencana baginya karena makin tinggi suatu jabatan beliau merasa "anginnya" makin kencang. Kadang kita harus mampu menakar apa yang cukup untuk kita. Tau prioritas kita. Mengambil secukupnya, ngga rakus..

Sekilas kedua topik tadi terasa ada benernya kan ya? Wkwk. Padahal dua topik tadi punya pesan yang berlawanan..

Ada juga pepatah yang bilang kalau kita harus berani untuk take action, karena kita ga tahu hal apa yang bisa kita ubah dengan usaha kita... jadi berusahalah terus sampai akhir. Ada juga pepatah yang bilang "Ignorance is a bliss" bahwa kita harus belajar merelakan, melupakan, dan mengabaikan hal-hal yang bukan menjadi rejeki kita, hal yang membuat kita mengingat luka kita. 

Every quote... has its own paradox, right?

Karena menurutku pepatah tujuannya hanya untuk menginspirasi. Terinspirasi atau tidak tergantung dari kondisi, value diri, dan prioritas kita saat itu. Translasinya juga tergantung diri kita masing-masing. Yang aku percaya, kita perlu seimbang bahwa kadang kita perlu berusaha, kadang kita perlu berhenti. Di salah satu sesi Careerclass di minggu itu juga sempet dibahas terkait zoom in & zoom out perspective. Kadang kita perlu pakai zoom in perspective yaitu kita perhatikan detail suatu masalah dan kita lihat dari banyak sisi agar analisa serta keputusan yang kita ambil bisa tepat. Tapi ngga bisa diterapin disemua hal, otherwise kamu akan kehabisan waktu dan energi. Harus tahu kapan waktunya zoom out (refleksi) juga. Melihat masalah dari sisi "atas".

Dan yang tau "kapan"nya ya kita sendiri. Kita yang bisa ngebuat batasan itu sesuai value diri kita masing-masing. Hidup orang beda-beda. We believe what's work on us. Kalau kata Fellexandro Ruby, You do you.

Sesi ngobrol-ngobrol lainnya dengan teman-teman yang lain. Waktu itu kita lagi kumpul agak banyakan, lebih dari 10 orang.. Sebenernya aku lebih suka ngobrol di small circle (2-3 org) karena ngerasa orang-orang kayak lebih mau terbuka aja menyampaikan what's really in their minds. Tapi kayanya Allah pengen aku dateng buat denger cerita ini supaya imanku ketampol.

Bahwa rezeki itu gausah terlalu dipikir akan dapat darimana. Harus belajar let it flow, ga semuanya harus dirasionalisasikan. Dalam hidup, hukum sebab akibat kadang tidak selinier itu. Banyak-banyak belajar buat put belief. Yakin aja Allah akan kasih, bahkan dari hal-hal yang keliatannya ngga relevan. Misalnya ada anak yang galau karena belum dapet-dapet kerja, dia ikut interview sana-sini ga ada yang lolos, ada satu kebaikan yang dia akukan yaitu suka ngasih makan anak kucing di jalanan, akhirnya Allah hadirkan kebaikan untuk dia juga dari hal yang ga diduga-duga, tiba-tiba kakak kelasnya hubungi dia nawarin kerjaan padahal dia ga ngelamar. Allah buat kakak kelasnya itu ingat ke dia. Dan itu mudah bagi Allah. Selama ini kamu ngga berhasil pakai caramu, coba pakai cara Allah sekarang. Ibarat grafik yang naik turun, Allah udah tentukan jalanmu. Jadi kalau memang grafiknya turun, lalu saat turunnya baru -1 kita udah teriak-teriak ga kuat padahal Allah tetapkan turunnya bakal sampai -4, ya nurut aja turun.. Jangan kita langsung suudzon "Ya Allah aku udah doa padahal tapi kok malah makin mines rasanya.." Tenang aja.. Allah udah tetapkan bahwa kapasitas kita itu sampai di -4. Allah ga akan ngasih cobaan diluar kemampuan hambanya.

Ada satu nasihat juga yang aku inget dari obrolanku dengan seseorang di Oktober ini, bahwa rejeki itu harus dipisahkan dari tujuan hidup karena itu adalah titipan Allah. Bisa Allah datangkan dan ambil kapanpun. Lalu, iman sama Allah itu ibarat naik pesawat, kita ga pernah liat langsung pilotnya tapi kita tau dia ada dan kita percaya kita akan selamat sampai di tujuan. 



Komentar