Langsung ke konten utama

Pesan dari Gegerkalong

 Sore kemarin aku ketemu sama ablaku yang sedang bertamu ke Bandung. Kamipun ngobrol2 hingga sampai kepada pertanyaan abla

"Usiamu sekarang berapa Chus?"

"25. Kenapa bla?"

"Udah ada niatan untuk nikah?"

"Udah mulai kepikiran sih bla"

"Kamu niat nikahnya buat apa Chus?"

"Buat ada partner yang saling support biar makin memperluas kebermanfaatan."

"Itu alasannya masih untuk dirimu sendiri."

"Selain itu, masih ada lagi ngga alasannya?"

"Masih bla" Aku nyebutin beberapa alasanku lainnya.

"Itu bagus, tapi menurut Abla niatmu itu belum cukup."

"Emang ada lagi bla alasan lainnya? Alasan abla apa bla?

"Untuk menggapai ridho Allah."

"Oh iya, aku sering denger itu. Tapi gimana sih itu bla cara memaknainya?"

"Menggapai ridho Allah itu ya ikhlas semata2 untuk Allah, sebagai perwujudan cinta kita kepada Allah."

"..Oh gitu"

"Abla pernah kesel sama seseorang, abla bilang ke orang itu, abla sampaikan agar orang itu berubah. Agar ketemu titik tengahnya. Abla ingatkan juga berkali2. Tapi dia tetap ga berubah, abla kesel, bener ga?"

"Bener lah bla, aku juga kesel kalau kata-kata aku ga didenger kaya gitu"

"Nah itu salah, Chusna. Itu artinya kita masih berharap kepada manusia. Berharap ia berubah. Makanya saat ia ga berubah, kita ada perasaan kecewa dan marah.

Harusnya kita berharapnya kepada Allah. Berharap Allah yang merubah dia..jadi hati kita ga sakit dan kecewa."

"Berarti selama ini aku masih berharap kepada manusia ya bla.. Masih ngerasa padahal aku udah ngelakuin ini itu tapi kok ga ada hasil.."

"Selama ini salah berarti mindsetnya Chus.. kita boleh berihtiar dengan totalitas. tapi jangan lupa bertawakal. Pasrah. Karena Allah itu maha pembolak balik hati manusia. Salah kalau kita berharap sama manusia. Berharapnya ya sama Allah. Ciri kita ga ikhlas itu ya kita menuntut dan kecewa saat ihtiar kita tidak membuahkan hasil. Padahal ya kita berihtiar dan berbuat baik aja, ngarepin balasannya ya dari Allah. Ikhlas."


Sepanjang perjalanan pulang Gegerkalong-Moch Iwan aku putar-putar ulang percakapan itu di kepala. "Jangan berharap pada manusia, berharaplah pada Allah." Aku sudah tahu itu dari bertahun-tahun lalu, tapi baru kali ini benar-benar masuk dan aku resapi. Memang kadang nasihat dari orang lain akan lebih mengena daripada yang kita baca sendiri. Dan memang, proses belajar buat berharap hanya kepada Allah itu ternyata lama ya... Bismillahirohmani rohim. Semoga Allah memudahkan jalan orang-orang yang membaca tulisan ini. 


Komentar