Bandung, 26 Desember 2021
Malam itu, seorang pengamen bernyanyi di depan muda-mudi yang sedang menyantap hidangan di tepi jalan. Aku memperhatikannya. Ada yang menarik dengan pemandangan itu. Gestur tangannya, gerak-gerik tubuhnya, caranya menyanyikan lagu "California" seolah jalanan ini adalah miliknya. Pejam matanya dan petikan gitarnya yang mantap, jelas menyiratkan bahwa dia benar-benar menghayati lagu yang sedang ia nyanyikan. Begitulah pemandangan yang kulihat, seorang pemuda jalanan yang merasa bebas dan menikmati hidupnya live to the fullest.
Pandanganku berputar ke arah orang-orang yang sibuk berjalan di sekitar warung tenda. Terbesit bayangan dua anak tertawa lepas dan menari mengitari trotoar yang becek setelah hujan. Satu anak memasang bunga kuning di telinganya, satu lagi memakai dress hitam panjang menari dan melompat dengan pongahnya, bercanda dan tersenyum lepas seolah jalanan itu milik mereka berdua.
Aku berjalan lagi, melalui pinggiran toko-toko yang telah tutup di bawah cahaya redup lampu kota Bandung. Beberapa orang terlihat keluar dari toko, pegawai-pegawai malang yang terpaksa pulang malam demi sesuap nasi untuk keluarga. Tak jarang pula di sudut-sudut jalan dengan penerangan seadanya itu ada pedagang yang sibuk tengah melayani customernya. Berpeluh dalam panasnya kompor di bawah tenda-tenda pinggir jalan.
Aku tertegun bagaimana orang-orang sedang menjalani hidupnya. Asyik tenggelam dalam pikiranku. Semua orang sedang menjalani kisah hidupnya masing-masing. Semua orang pastinya punya cara dan pandangan berbeda dalam menjalani hidup. Punya valuenya masing-masing. Punya pilihan dan prioritas di hidupnya masing-masing. Punya waktu dan tahapannya masing-masing.
Beberapa menjalani hidup dengan bekerja keras siang dan malam demi pengabdian yang tulus untuk keluarga. Beberapa melakukan sesuatu bukan karna uang, namun untuk merasa "hidup". Bagaimana jika pengamen tadi adalah orang kaya yang mengamen hanya untuk aktualisasi diri, menyalurkan hobinya untuk menyanyi di jalanan, hal yang membuatnya merasa benar-benar "hidup"? pikirku saat teringat betapa menghayatinya si Mas Pengamen-yang-Suaranya-Bagus itu "menggonjreng" gitarnya. Beberapa sedang menjalaninya dengan riang, saling bercanda melepas penat bersama seorang kawan. Lupa akan resah dan sesal mereka. Beberapa sedang menjalani hidup dengan menghabiskan waktu bersama orang yang mereka sayangi, saling merawat satu sama lain sampai tua.
Lalu aku lanjut berjalan sambil bertanya-tanya apa sebenarnya valueku dalam hidup, sedang menjalani hidup seperti apa sih aku ini? Kedepannya nanti hidupku bakal gimana ya?
Mendadak excited dengan cerita yang menungguku di depan sana, aku berlari kecil di sepanjang jalan ABC.
"Tolong fotokan aku di bawah rembulan" pintaku pada temanku sambil menyerahkan kameraku.
Komentar