Lanjut S2 lagi?
"Ingin ga sih Chus lanjut S2 lagi?"
kata temanku saat reuni beberapa waktu lalu di Jakarta.
Sebelum ke jawaban itu, aku mau cerita flashback dulu tentang latar belakangku,
Kini aku sudah lebih dari satu tahun bekerja, mulai dari kerja di startup dan kemudian di perusahaan BUMN. Aku benar-benar mengeksplore hal-hal baru yang belum pernah kupelajari sebelumnya.
Jauh dari apa yang kupelajari secara formal di bangku kuliah.
Dulu hampir 80% waktuku aku habiskan dengan lab dan lab. Bahkan ada suatu praktikum dimana kami harus berangkat ke laboratorium jam 10 malam, ambil sampel tiap dua jam sekali dan baru balik lagi ke kosan jam 6 pagi saat mahasiswa lain berdatangan ke kampus.
Dan sekarang kerjaku sama sekali bukan tentang lab atau mikrobiologi, iseng banget sih, emang ga sayang ilmunya? Emang kamu ga suka lab? Terus kenapa waktu itu ambil jurusan mikrobiologi?
Waktu itu, waktu pemilihan kuliah usai SMA, aku sama sekali ga menarget buat lanjut di PTN.. Aku mentarget buat kuliah di NTU. Sempet ikut les dan tesnya juga ke Jakarta. Tapi karena emang bukan rezeki dan masih banyak yang lebih jago dari aku, aku ngga lolos. Sedih? Iyalah. Tapi gapapa, hikmahnya jadi aku ga harus pusing mikrin bayar kuliah di Nanyang. Sempet daftar juga beasiswa Turki, terus ga lolos. Sedih? Iya. Tapi lagi-lagi ada hikmahnya, pemerintah Turki sempet ga stabil dan beberapa beswan sempet pulang balik buat ngulang kuliah di Indonesia. Allah Maha Tahu apa yang terbaik buat kita.
Singkat cerita, SBMPTN, aku milih di Mikrobiologi ITB. Gatau kenapa rasanya udah cocok aja gitu sama Bandung dan ITB. Bapakku nyuruh coba di STAN, secara ayah dari dulu pengen banget anak-anaknya kerja di Keuangan. Ibuku nyuruh di UGM, biar deket. Tiga-tiganya aku coba, dan alhamdulillah STAN lolos ke tahap selanjutnya. USM UGM alhamdulillah lolos, tapi aku masih belum plong, karena yang kutunggu adalah pengumuman dari yang benar-benar jadi pilihanku.,,di ITB. Bulan puasa, setelah pulang dari TPA, ada pengumuman dan aku teriak di ruang tamu saking senengnyaa. Wkwk
Saat kuliah di ITB, aku sangat yakin buat ambil jurusan Mikrobiologi, meski mayoritas teman dekatku masuk ke Biologi. Di saat udah nyaman-nyamannya sama mereka, aku harus pisah jurusan sama mereka. Di mikrobiologi aku senang pelajarannya, aku nyaman meski tugas-tugasnya naudzubillah, hamdalah aku bisa survive semester demi semester. Dan ada supporting system yang selalu ada, Lulu dan Insyaf, yang udah kayak sodara sendiri saking udah tahu dari A sampe Z. Ada Difa, Ika, Naili, dan banyak orang-orang baik yang mungkin ga akan jadi temenan baik kalau aku ga di mikro. I feel blessed.
Selama di mikro, aku juga ketemu adik-adik baik yang aku ajar buat persiapan lomba. Mereka ini penyemangatku. Karena saat aku ngajar mereka, rasanya aku jadi orang yang bisa berguna buat orang yang bener-bener butuh bantuanku. Semangat dan antusias mereka itu bener-bener jadi moodboster yang ngingetin aku pas masa-masa perjuangan jaman osn dulu. Dan mereka, so sweet abis meski cowo-cowo..mereka ngasih surat terimakasih yang sampai sekarang masih aku simpen rapi. Surat itu bakal jadi pengingat aku bahwa berbuat baik itu segitu membahagiakannya. Aku ga mau lupa rasanya jadi orang yang make impact di hidup mereka.
Lalu aku sempet idealis gitu, mau lanjut S2 langsung setelah S1..tapi setelah diskusi sama orang-orang kok ternyata bakal susah ya cari kerjaan di suatu perusahaan kalau jadi S2 lulusan luar negeri dan belum ada pengalaman kerja sama sekali, aku bukan bilang ga ada ya, tapi lebih terbatas. Kecuali kamu udah fix mau jadi dosen, kalau mau jadi dosen mah gas aja terus sekolah setinggi-tingginya. At least aku cari dulu pengalaman 2 tahun kerja. Sambil explore and cari tahu juga apakah iya aku bener-bener pengen berkarir sebagai peneliti laboratorium, sebagai dosen, atau sebagai karir yang lain? Dan disamping itu, kalau aku ada pendapatan, aku bisa bahagiain orangtua dulu. Ibuku juga sepertinya belum ikhlas sepenuh hati kalau anaknya kuliah jauh di negara orang. Terus ada yang bilang, "Kalau udah terbiasa dapet duit (digaji), susah Chus mau sekolah lagi". Hm iya sih itu wajar terjadi di banyak orang, tapi kita lihat dulu deh..apakah aku bakal kayak gitu juga apa ga, karena aku kerjapun prioritasnya bukan dapetin gaji tapi learning suatu skill yang baru. Jadi bulatlah keputusanku buat cari kerja dulu. Yaph!
Aku ga kepikiran buat menyesali pilihanku di Mikrobiologi, karena saat itu, itulah yang benar-benar buat aku seneng dan aku juga ketemu banyak orang baik di sana. Baru setelah aku menjalani berkali-kali waktu di lab, aku sadar aku bukan orang yang seneng kerja di laboratorium. Itu terlalu "mengekang" buatku karena kita dituntut untuk serius, hati-hati dengan alat dan eksperimen, minim interaksi dengan orang lain, dan detail dengan pekerjaan saat di lab. Aku bisa kerja disana, tapi ga nyaman kalau terus-terusan berada di lab. Tujuh jam waktuku ngajar di depan orang-orang dan tujuh jam waktuku kerja di lab itu akan jauh menguras energiku saat aku di lab. I dont know why I feel like that. Mungkin itu bakal relate sama temenku yang bilang bahwa dia bener2 merasa tenanganya terkuras habis saat harus ngajar dan ngomong seharian di depan orang lain. Temenku bilang dia cape jadi pusat perhatian dan kebetulan dia emang introvert. Kalau dia pulang ke kosan, dia udah ga pengin ngomong sama siapapun lagi rasanya. Wkwk
Jadi..aku mencoba sesuatu yang baru. Yang kira kira aku bakal suka. Yang aku bisa belajar buat improve diri. Aku coba belajar sales dan marketing. Gils ya. Aku ga ada kepikiran sama sekali buat jadi sales sampai aku baca buku Think and Grow Rich sama Og Mandino The Best Salesman in the world. Aku ingin belajar jadi sales tapi bingung mau jualan apa? Terus jualan kemana? Eh Allah kasih jalan aku buat jadi MT Branch Manager di Startup Fintech MAPAN dimana aku harus OJT sebagai sales selama 3 bulan. Akhirnya aku ada pengalaman buat belajar jadi sales dan enaknya aku dibayar lagi alias di gaji selama masa aku belajar itu. Aku semangat karena sadar bahwa posisi apapun nantinya, mau kamu paling bawah atau paling atas di perusahaan, atau bahkan bisnis sendiri, ilmu sales dan marketing itu ilmu dasar yang harus kamu miliki saat berhadapan dengan orang lain, baik calon parter bisnis, komunitas, masyarakat, atau bawahan-bawahan kamu.
Lalu aku belajar business analyst, baca dan interpretasi data jadi suatu insight yang berguna buat Perusahaan. Kamu investigasi dan wawancara dengan turun langsung ke lapangan buat mencari validasi atas insight yang kamu temuin. Wah ini sih menurutku pekerjaan yang seru banget sih. Kayak nyari jawaban dari insight-insight yang kamu temuin. Meski kadang puyeng juga kalo datanya buanyak dan suka error2. But ya.. Shortly, I love this job.
Lalu aku..keterima di BUMN. BUMN yang kebetulan lagi ada program untuk transformasi.
[to be continued...]
Komentar