"Nikmatilah apa yang telah menjadi pilihanmu."
Kalimat itu mengiang di telinga kami bertiga, setelah satu tahun lalu diutarakan kepadaku oleh seseorang di momen yang serupa.
Dan kini akulah yang mengucapkan kalimat itu kepada dua adik tingkatku. Kami bertiga merenung, melayangkan pandang ke arah hijau pepohonan sekitar kolam intel dan asrinya labtek 7, ditemani sejumlah pertanyaan yang dulu juga pernah aku lontarkan saat berada di posisi mereka, memandang gambaran tingkat dua yang masih abu-abu.
Pernahkah kau merasakan kenyamanan dalam kesunyian? Semakin aku menceritakan yang telah kulewati sebelum mereka, rasanya semakin aku kembali ke masa itu. Mungkin suasana 1 tahun lalu yang kembali datang, ketika wisgus, diklat, dan osjur menjadi satu. Masa-masa euforia dan tertantang, perpisahan dan pertemuan, masa saat perjuanganmu dan teman-teman dipertanyakan, dan masa yang paling indah untuk menerka-nerka.
Aku telah banyak berpindah. Salah satunya adalah pindah rumah dan kehilangan sebagian besar keluarga asramaku saat TPB. Rumah tempat aku tinggal di Bandung di daerah Tubagus Ismail yang menyimpan sejuta kenangan dan kenyamanan berharga dari saudari-saudariku. Rumah yang selalu aku rindukan, memang, namun akhirnya aku tetap melaju menikmati rumah baru bersama orang-orang baru. Salah satu lainnya adalah lingkaran zona nyamanku. Satu hal lain adalah lingkaran kecil yang selalu aku nanti-nanti akhirnya dikalungkan di leherku. Dan yang terakhir adalah kepribadian.
Satu tahun di jurusan juga telah aku lewati. Apa saja yang terjadi? Banyak, namun setelah masa peralihan tingkat satu dan dua, rasanya tidak banyak yang bisa kutuliskan di catatanku. Satu buku kuhabiskan hanya saat peralihan. Dan satu buku lainnya bahkan tidak habis sampai saat ini, ketika transisiku ke tingkat 3.
Apa aku orang yang sedikit belajar? Aku harap tidak. Aku harap aku menuliskan lebih banyak pelajaran dari cerita yang aku lewati dan alami, satu tahun nanti dan seterusnya. Aku harap bisa mempunyai pengingat saat membaca lagi tulisan-tulisanku.
Kedepaannya ingatlah bahwa segala tugas, tantangan, dan ujian bukanlah suatu beban yang harus kita takuti, melainkan suatu proses yang semestinya kita nikmati.
Bandung, 5 Agustus '16
Kalimat itu mengiang di telinga kami bertiga, setelah satu tahun lalu diutarakan kepadaku oleh seseorang di momen yang serupa.
Dan kini akulah yang mengucapkan kalimat itu kepada dua adik tingkatku. Kami bertiga merenung, melayangkan pandang ke arah hijau pepohonan sekitar kolam intel dan asrinya labtek 7, ditemani sejumlah pertanyaan yang dulu juga pernah aku lontarkan saat berada di posisi mereka, memandang gambaran tingkat dua yang masih abu-abu.
Pernahkah kau merasakan kenyamanan dalam kesunyian? Semakin aku menceritakan yang telah kulewati sebelum mereka, rasanya semakin aku kembali ke masa itu. Mungkin suasana 1 tahun lalu yang kembali datang, ketika wisgus, diklat, dan osjur menjadi satu. Masa-masa euforia dan tertantang, perpisahan dan pertemuan, masa saat perjuanganmu dan teman-teman dipertanyakan, dan masa yang paling indah untuk menerka-nerka.
Aku telah banyak berpindah. Salah satunya adalah pindah rumah dan kehilangan sebagian besar keluarga asramaku saat TPB. Rumah tempat aku tinggal di Bandung di daerah Tubagus Ismail yang menyimpan sejuta kenangan dan kenyamanan berharga dari saudari-saudariku. Rumah yang selalu aku rindukan, memang, namun akhirnya aku tetap melaju menikmati rumah baru bersama orang-orang baru. Salah satu lainnya adalah lingkaran zona nyamanku. Satu hal lain adalah lingkaran kecil yang selalu aku nanti-nanti akhirnya dikalungkan di leherku. Dan yang terakhir adalah kepribadian.
Satu tahun di jurusan juga telah aku lewati. Apa saja yang terjadi? Banyak, namun setelah masa peralihan tingkat satu dan dua, rasanya tidak banyak yang bisa kutuliskan di catatanku. Satu buku kuhabiskan hanya saat peralihan. Dan satu buku lainnya bahkan tidak habis sampai saat ini, ketika transisiku ke tingkat 3.
Apa aku orang yang sedikit belajar? Aku harap tidak. Aku harap aku menuliskan lebih banyak pelajaran dari cerita yang aku lewati dan alami, satu tahun nanti dan seterusnya. Aku harap bisa mempunyai pengingat saat membaca lagi tulisan-tulisanku.
Kedepaannya ingatlah bahwa segala tugas, tantangan, dan ujian bukanlah suatu beban yang harus kita takuti, melainkan suatu proses yang semestinya kita nikmati.
Bandung, 5 Agustus '16
Komentar