pict's source : www.playbuzz.com
Pasar malam. Gulali. Kembang api. Pantai. Kerang dan semburat matahari sore. Pelangi. Puncak dan tebing. Angin. Hutan dan pepohonan. Kereta dan jendela. Atap gedung. Lapangan sekolah dan langit. Ayunan dan laut. Tas Ransel. Nametag. Pensil. Langit berbintang. Api unggun dan kehangatan. Percakapan kecil. Sketchbook. Kertas. Daun yang berterbangan.
Setiap hal mewakili suatu cerita yang pernah terjadi dalam hidupku. Setiap kejadian yang masih membekas dalam ingatan. Setiap benda yang memunculkan kenangan dalam pikiran. Terkaitkan secara sinergi dengan suatu jenis perasaan. Perasaan yang muncul kembali ke permukaan saat melihatnya.
Dulu senang sekali, sewaktu SD pergi diajak ke pasar malam, main segala macam mainan. Beli kembang gula. Pink, lembut enak.
Senang sekali, tiap kumpul dirumah nenek main kembang api. Cahayanya beda-beda. Warna warni. Waktu nginap di pantai bareng keluarga. Tahun baru itu tahun aku paling banyak lihat kembang api. Seru. Semua keluarga berkumpul di sana buat pesta kembang api. Kembang api waktu bukber smp juga. Kembang api yang dilihat dari jendela Ruang etut asrama. Mimpi mimpi kami di tahun tersebut.
Pelangi. Pantai di Gunungkidul masih sepi waktu itu. Waktu aku awal awal SMA. Masih seperti pantai milik sendiri. Batunya kami lempar sejauh mungkin ke arah horizon. Sunsetnya keren. Kami mengucapkan lantang impian kami masing-masing. Berharap bisa bertemu lagi di suatu waktu. 10 tahun ke depan, mungkin? Saat itu Aralik. Lalu pantai yang kedua. Pasir pantai tampak kemilau terkena sinar matahari. Kami semua berjejer memegang pundak satu sama lain, layaknya kami menggenggam matahari. Awannya milky. Warna twilight. Pantai dengan warna warni payung. Naik ke tebing. Banyak kerang. Kerang dan pasir.
Lalu saat smp, saat kami semua naik ke atap bangunan di mana sekelilingnya pohon semua. Tidak takut. Tidak ragu. Awal SMA saat naik ke Nglanggeran. Batu batu. Tebing curam. Bisa lihat jalan berkelak kelok jauh di bawah. Angin menerpa dari segala arah. Keren rasanya, juga damai di hati. Lalu saat backpackeran sama sobat SMA ke Gunung Sindoro. Rasanya seperti berdiri di atas awan. Lihat kebawah dan ada hamparan awan. Pemandangan keren dan tak terlupakan. Naik turun bukit, lewatin pohon pohon dan tanaman cabe. Gerimis. Jatuh dan berlumpur. Ke suatu sendang. Minum airnya. Sepedaan. Lalu naik saat awal SMA, lewatin hutan-hutan, buat lihat curug. Berkelompok rame-rame. Sekelompok sama presiden kampus waktu itu. Manglayang. Lalu naik waktu mau di lantik Taekwondo. Nggatau nama tempatnya. Malam-malam. Fokus dan rutin ditanyain "7, siapa 23? 23 siapa 1?" Aku ingat aku urutan nomor 7.
Lalu naik bareng dua teman, ntah kenapa keisengan kami menjadi cerita tak terlupakan. Ke stone garden, dari goa pawon.
Kereta, semua cerita. Saat pergi ke suatu tempat. Saat backpackeran. Saat ikut lomba dulu. Bareng teman teman kontingen. Hangat. Jendela, yang menemani menulis seperti sekarang.
Atap gedung, kala aku pagi pagi naik ke atas. Semburat bulan dan mentari pagi. Angin sejuk. Keluh kesah. Harapan dan mimpi. Saat bertiga bersama dua temanku ketahuan punya portal rahasia untuk kabur dari asrama. Saat ditraktir makaroni panggang yang dimakan rame rame. Saat bertiga berebahan di tengah lapangan. Melihat langit biru. Mencoba mengangan-angan masa depan. Ayunan yang langsung jatuh ke air laut. Tas, teman perjalananku yang menemani pergi kemana mana. Sekolah. Backpackeran. Nametag yang mengingatkanku akan teman baru, sahabat2 baru, yang sama sama berjuang denganku saat itu. Pensil yang sering kupakai menggambar asal saat bosan.
Atap rumah. Naik dan menikmati bintang. Makrab fakultas, tiduran di atap dan bercerita dengan teman. Lagu yang diputar. Lalu malam pelantikan. Waktu itu disuruh buka penutup mata, mendongak ke atas, tempat hamparan langit2 berbintang. Bayang bayang hitam pohon cemara. Lilin. Bersyukur. Jaket. Merapat ke satu titik, api unggun. Bercerita banyak. Tentang kekhawatiran-kekhawatiran. Penyemangat. Bercakap-cakap. Tahu akan apa yang ingin kulakukan untuk kuliah. Sketchbook tempat menulis semauku. Kertas-kertas. Daun yang berterbangan saat melewati jalanan. Kampus.
Pasar malam. Gulali. Kembang api. Pantai. Kerang dan semburat matahari sore. Pelangi. Puncak dan tebing. Angin. Hutan dan pepohonan. Kereta dan jendela. Atap gedung. Lapangan sekolah dan langit. Ayunan dan laut. Tas Ransel. Nametag. Pensil. Langit berbintang. Api unggun dan kehangatan. Percakapan kecil. Sketchbook. Kertas. Daun yang berterbangan.
Setiap hal mewakili suatu cerita yang pernah terjadi dalam hidupku. Setiap kejadian yang masih membekas dalam ingatan. Setiap benda yang memunculkan kenangan dalam pikiran. Terkaitkan secara sinergi dengan suatu jenis perasaan. Perasaan yang muncul kembali ke permukaan saat melihatnya.
Dulu senang sekali, sewaktu SD pergi diajak ke pasar malam, main segala macam mainan. Beli kembang gula. Pink, lembut enak.
Senang sekali, tiap kumpul dirumah nenek main kembang api. Cahayanya beda-beda. Warna warni. Waktu nginap di pantai bareng keluarga. Tahun baru itu tahun aku paling banyak lihat kembang api. Seru. Semua keluarga berkumpul di sana buat pesta kembang api. Kembang api waktu bukber smp juga. Kembang api yang dilihat dari jendela Ruang etut asrama. Mimpi mimpi kami di tahun tersebut.
Pelangi. Pantai di Gunungkidul masih sepi waktu itu. Waktu aku awal awal SMA. Masih seperti pantai milik sendiri. Batunya kami lempar sejauh mungkin ke arah horizon. Sunsetnya keren. Kami mengucapkan lantang impian kami masing-masing. Berharap bisa bertemu lagi di suatu waktu. 10 tahun ke depan, mungkin? Saat itu Aralik. Lalu pantai yang kedua. Pasir pantai tampak kemilau terkena sinar matahari. Kami semua berjejer memegang pundak satu sama lain, layaknya kami menggenggam matahari. Awannya milky. Warna twilight. Pantai dengan warna warni payung. Naik ke tebing. Banyak kerang. Kerang dan pasir.
Lalu saat smp, saat kami semua naik ke atap bangunan di mana sekelilingnya pohon semua. Tidak takut. Tidak ragu. Awal SMA saat naik ke Nglanggeran. Batu batu. Tebing curam. Bisa lihat jalan berkelak kelok jauh di bawah. Angin menerpa dari segala arah. Keren rasanya, juga damai di hati. Lalu saat backpackeran sama sobat SMA ke Gunung Sindoro. Rasanya seperti berdiri di atas awan. Lihat kebawah dan ada hamparan awan. Pemandangan keren dan tak terlupakan. Naik turun bukit, lewatin pohon pohon dan tanaman cabe. Gerimis. Jatuh dan berlumpur. Ke suatu sendang. Minum airnya. Sepedaan. Lalu naik saat awal SMA, lewatin hutan-hutan, buat lihat curug. Berkelompok rame-rame. Sekelompok sama presiden kampus waktu itu. Manglayang. Lalu naik waktu mau di lantik Taekwondo. Nggatau nama tempatnya. Malam-malam. Fokus dan rutin ditanyain "7, siapa 23? 23 siapa 1?" Aku ingat aku urutan nomor 7.
Lalu naik bareng dua teman, ntah kenapa keisengan kami menjadi cerita tak terlupakan. Ke stone garden, dari goa pawon.
Kereta, semua cerita. Saat pergi ke suatu tempat. Saat backpackeran. Saat ikut lomba dulu. Bareng teman teman kontingen. Hangat. Jendela, yang menemani menulis seperti sekarang.
Atap gedung, kala aku pagi pagi naik ke atas. Semburat bulan dan mentari pagi. Angin sejuk. Keluh kesah. Harapan dan mimpi. Saat bertiga bersama dua temanku ketahuan punya portal rahasia untuk kabur dari asrama. Saat ditraktir makaroni panggang yang dimakan rame rame. Saat bertiga berebahan di tengah lapangan. Melihat langit biru. Mencoba mengangan-angan masa depan. Ayunan yang langsung jatuh ke air laut. Tas, teman perjalananku yang menemani pergi kemana mana. Sekolah. Backpackeran. Nametag yang mengingatkanku akan teman baru, sahabat2 baru, yang sama sama berjuang denganku saat itu. Pensil yang sering kupakai menggambar asal saat bosan.
Atap rumah. Naik dan menikmati bintang. Makrab fakultas, tiduran di atap dan bercerita dengan teman. Lagu yang diputar. Lalu malam pelantikan. Waktu itu disuruh buka penutup mata, mendongak ke atas, tempat hamparan langit2 berbintang. Bayang bayang hitam pohon cemara. Lilin. Bersyukur. Jaket. Merapat ke satu titik, api unggun. Bercerita banyak. Tentang kekhawatiran-kekhawatiran. Penyemangat. Bercakap-cakap. Tahu akan apa yang ingin kulakukan untuk kuliah. Sketchbook tempat menulis semauku. Kertas-kertas. Daun yang berterbangan saat melewati jalanan. Kampus.
Komentar