Sore itu hujan mengguyur kota Yogyakarta..
Qyran mempercepat langkahnya menembus hujan menyusuri jalan-jalan sempit di daerah Minomartani, Yogyakarta. Anak itu melompat kecil menghindari kubangan di depannya. Ia ingin cepat-cepat sampai dirumahnya. Kepalanya basah oleh titik-titik air dan sepatu yang dikenakannya sudah tak nyaman lagi digunakan. Berlari, anak itu melewati seorang wanita. Wanita itu masih muda namun tampilannya amat kumal dan lusuh. Orang-orang bilang wanita itu gila. Qyran melirik sekilas ke arah wanita itu. Wanita itu tampak menggendong seorang balita. Senyum tersungging di bibirnya, namun matanya menyiratkan sinar kosong dan kehampaan.
Balita itu mengenakan pakaian bagus dan bersih. Sulit untuk percaya bahwa si balita adalah anak wanita gila itu... Tapi selama ini Qyran selalu melihat wanita itu menggendong anaknya dengan penuh kasih sayang, tak mau balita itu tersakiti sedikit pun. Seolah-olah balita itu satu-satunya benda berharga yang ia punya.
Keesokan harinya, Qyran melewati jalan yang sama. Dia melihat keributan kecil terjadi. Beberapa orang polisi juga ada disana. Tampak oleh Qyran, wanita gila itu sedang beradu mulut dengan sepasang suami istri yang mengaku orangtua asli balita tersebut. Orangtua itu menuntut balik balita mereka, namun wanita gila itu tetap bersikeras menggendong anaknya. .” Orang-orang yang berkerumun terdengar berbisik-bisik tentang kematian wanita itu...
“Ternyata..selama ini dia menculik balita orang lain, Pantas saja balita itu mengenakan pakaian mewah. Wanita itu sudah kelewatan!”
“Kasian sekali dia.. katanya ia jadi kila karena anak kandungnya dibawa lari oleh suaminya setelah mereka bercerai. Makanya ia jadi stress dan menculik balita yang ia anggap sebagai anaknya”
“Hih seram sekali, jangan sampai setelah ini ia menculik anak kita. Awas saja kalau sampai dia berani.. Sudahlah ayo kita tinggalkan wanita gila itu, lebih baik ia diusir jauh-jauh dari sini, bisa-bisa anak kita nanti yang jadi korbannya!”
Wanita itu berteriak histeris. Dua polisi mencengkram tangannya. Qyran bergidik ngeri. Ia cepat-cepat berlari kerumahnya.
Hari selanjutnya, Qyran kembali melewati jalan itu. Ia berjalan cepat. Perasaannya was-was. Ia tak melihat wanita gila itu lagi kini. Mungkin polisi telah membawanya pergi. Qyran mulai merasa tenang.. Ia melambatkan langkahnya.
Dukk!!
Tiba-tiba ia menabrak seseorang. “Oh kau,, anak kecil.... Apa kau mau biskuit?”
Qyran ternganga. Ia melangkah mundur. Jantungnya berdegup kencang. Di depannya ada wanita gila itu. Wanita penculik! Wanita jahat yang tega menculik balita milik orang lain! Qyran tersentak. Wanita itu menyunggingkan senyum padanya, menawarinya sekeping biskuit yang telah kotor. Mungkin wanita itu memungutnya dari tong sampah, pikir Qyran. “TIDAK!!!MENJAUH DARIKU!” Dengan satu sentakan keras, Qyran menjatuhkan biskuit dari tangan wanita itu. Wanita itu tampak kaget. Dalam sepersekian detik, air mata tampak menggenangi kedua mata sayunya. Wanita itu berteriak histeris. Suaranya serak saat ia tiba-tiba memohon dan mengiba. Mungkin trauma masa lalu wanita itu kembali muncul karena wanita itu terus memanggil-manggil anaknya.
“MENJAUH DARIKU! AKU BUKAN ANAKMU! MENJAUH, ATAU AKU A-nyKAN PANGGIL AYAHKU! WANITA PENCULIK! MENJAUH DARIKU, MENJAUHHHH!!” Qyran memekik. Ia begitu ketakutan. Ia berlari kencang. Berlari meninggalkan wanita itu sendirian..
Keesokan harinya Qyran melewati jalan yang sama. Ia sudah bersiap-siap akan berlari jika saja wanita gila itu muncul lagi. Namun, terlihat olehnya kerumunan kecil di jalan itu. Orang-orang mengerumuni sesosok tubuh tak bernyawa tergeletak di tengah jalan. Qyran berjalan mendekat. Sekarang jelas olehnya wajah orang yang tergeletak itu. Muka Qyran memucat. Wajah itu, wajah yang selalu dilihatnya setiap hari saat pulang sekolah. Ternyata wanita gila itu memutuskan mengakhiri hidupnya dengan melompat dari jembatan layang di atas jalanan ramai itu. Tubuhnya yang jatuh dari ketinggian lalu tertabrak oleh mobil yang tengah lewat. Kini tubuh itu terkulai tak bernyawa di tanah.
Qyran melanjutkan perjalanannya pulang. Terasa aneh. Hatinya, terasa kosong. Perasaannya benar-benar kacau sore itu. Malam harinya ia terus memikirkan kematian wanita gila itu. Entah kenapa, mengingat kisah tragis wanita itu membuat ia menjadi merasa sangat kesepian. Ia berjalan ke ruangan ayahnya. Dari pintu, tanpa sengaja, ia melihat ayahnya sedang menangis.. Qyran tertegun. Ia tak pernah melihat ayahnya seperti itu. Mungkin masalah kerja membuat ayahnya stress, pikir Qyran. Akhirnya, Qyran mengurungkan niat untuk masuk. Ayahnya merobek selembar foto yang terus ditangisinya, lalu membuangnya ke tempat sampah...
Pagi harinya Qyran masuk ke ruangan ayahnya. Ia begitu penasaran apa yang membuat ayahnya menangis. Ia mencari-cari di tempat sampah. Ia keluarkan semua isinya.. dan selembar foto pun jatuh.....
Tenggorokan Qyran tercekat... Sakit rasanya.
Seketika, Qyran menangis... Air matanya terus mengalir tanpa ia bisa mengendalikannya. Betapa ia menyesali perbuatannya, betapa kini ia sadar betapa penting wanita itu baginya. Sosok yang selama ini selalu dirindukannya...
Ibunya....
-TAMAT-
Written by Chusna Amalia
Inspired by "Adrenalin"
Inspired by "Adrenalin"
Komentar