YA, Dunia ini berputar, cerita ujian SIM [Part 1]

Catatan 9 Juli 2013,

Tujuh belas tahun, belumlah lengkap tanpa KTP B). Heheehe. Maka dari itu aku saya, sebagai warga negara yang baik, mulai mengurus-urus segala hal untuk KTP saya. Setelah KTP di tangan, saya pun melirik ke arah lain. Ya, SIM! Saya akan membuat SIM, yehee

Saya bilang pada keluarga, saya ingin ujian SIM. Saya sudah menimbang-nimbang. Teman-teman saya sih banyak yang bilang kalau ujian simnya susaahh bangeett. Mending pakai cara langsung saja, alias “nembak”. Ngasih tambahan biaya, bikin SIM pun jadi hemat waktu, mudah, cepat, dan ga ribet.

Saya pun sedikit mlongo, tapi terus manggut-manggut dan mafhum. Ya, rupanya dimana-mana tetap saja ada yang begitu. Tapi saya tetep sama pilihan saya. Saya tetep, pengen ikut ujian SIM.

Ada yang sempat memberikan saya kritik bahwa saya ini tidak efektif dan terlalu idealis. Mau bikin SIM aja kok,susah. Ada yang lebih mudah kenapa dibikin susah? Tesnya itu sulit lho, kenapa ga langsung aja, biar ga dipersulit, hemat waktu, dan lain sebagainya.

Tapi bukan ITU masalahnya. Saya juga ga suka apa-apa yang ribet. Saya lebih suka take it easy kalau ada apa-apa dan menyukai segala sesuatu yang simple. Tapi INI beda cerita. Kebetulan hari itu memang sehari pasca pengumuman yang membuat saya membentuk sebuah resolusi : 

bahwa “Apapun yang akan saya dapatkan nantinya saya harus mengawalinya dengan sesuatu yang baik, saya harus tetap konsisten memberikan apa yang terbaik dari saya.”

Jadi saat itu, bagi saya, memakai jalan pintas adalah sama dengan pengakuan, bahwa saya memang tidak bisa. Saya sedang liburan, jadi seharian penuh saya jelas punya waktu luang untuk mengurus bikinnya. Dan saya yakin saya tidak ingin SIM saya nantinya menjadi tanggungan beban dalam hati saya, karena bisa dibilang kita hanya akan sekali saja mengikuti ujian SIM selama hidup. Sekalinya kita telah mendapatkan SIM, kita takkan lagi mengikuti lagi ujian SIM untuk golongan yang sama, bukan?

Jadi saya putuskan untuk tetap ambil tes saja. Meski saya tahu kemampuan saya masih belum memadai untuk menyandang predikat LULUS-

Tak apa, saya bisa belajar.

Malam itu juga saya belajar rambu-rambu lalu lintas, download video youtube tentang ujian praktek sim dan download soal-soal simlantas dsb.

Hopplaa!

sumber foto : http://palangparkir.com/rambu-parkir

Saya Cuma belajar sehari karena orangtua saya mengatakan lebih baik secepatnya, karena sebentar lagi saya juga mesti bersiap-siap kembali ke asrama (ya, seperti yang sudah anda tahu, saya bersekolah di sekolah asrama).

Esoknya saya pun berangkat dengan berbekal doa dan modal pede seperti biasanya. Saya pun tes. Pertama tes teori. Herannya yang ngantri banyak, puluhan.. tapi yang tes cuma bertiga. Tesnya lucu, saya kayak main kuis hehe. Kirain saya bakal dikasih kertas sama pensil, ternyata enggak.

Ada layar gede, terus soalnya ditampilin lewat proyektor. Soalnya ada 30, berbentuk animasi perlalulintasan. Contoh, nanti ada video animasi pengendara yang lagi belok kiri, terus ada papan rambunya, atau ada pak polisi yang ngasih rambu-rambu pakai tangan, terus nanti saya ditanya sama mbak-mbak di video “Yang dilakukan pengendara A benar..atau..salah..?” Terus nanti saya mencet bel di depan saya yang ada tulisannya B dan juga S. Ya seru gitu deh. Kreatif abis.

Soalnya ternyata memang sulit untuk saya yang masih cupu dan pemula dalam bidang perlalu lintasan. Saya sebenarnya rada clueless + bingung mau cari materi dimana karena walhasil apa yang saya pelajari dari internet menyumbang tak sampai 50% apa yang diujikan. Nilai saya kurang satu. Satu lagi terus bisa dibilang Lulus. Namun kurang ya tetep kurang, hehe. Akhirnya saya pun dinyatakan TIDAK LULUS.

Hiks. T_T

Salah saya, kenapa nggak interview ayah saya habis-habisan tentang tata krama lalu lintas. Saya jadi harus ngulang kaannn---

Yaudah pak polisi, siap-siap ketemu saya lagi besok. ~\ (＾∇＾)

Hari kedua sama. Saya disuruh tes teori lagi dan lanjut ke tes praktikum. (Hehe) maksudku ujian praktek..

Ujian prakteknya juga suuulitt. Mas-mas yang tes sebelum saya aja masih suka jatohin pathok pembatas dan mesti ngulang-ngulang lagi. Sebelum tes, pak polisinya ngasih contoh. Pertama zigzag, bikin angka 8, melewati jalur sempit, terus bikin U. Keren banget. Nilai sempurna. Ga ada satupun pathok yang jatuh. Wew.

Saya lalu dikasih kesempatan buat pemanasan dulu. Nyoba track-nya. Yang zigzag susaah bangeet. Pathoknya jatuh melulu. Saya berhenti sebentar, benerin pathok, terus nyoba lagi, jatoh lagi, benerin, nyoba lagi, gituu terus sampai bisa.

Berkali-kali.

Bikin angka 8 Ok, jalan sempit Ok, tapi yang zigzag ga bisa-bisaa T_T. Gimana sih belok belokinnyaa?

“Pakai feeling mbak.”

..Duh Pak.. kayaknya saya udah ga punya feeling deh.. (￣▽￣)ノ

Ada aja pathok yang jatuh. Kesenggol lah, ketubruk lah hehehe. Celahnya sempit, jadi kita mesti gesit B) DAN.. seperti bapaknya bilang tadi.. berfeeling.

Akhirnya setelah perjuangan yang panjang---saya dinyatakan LULUS, yyeeee. (dancing emoticon).

Mungkin karena trenyuh ngeliat saya yang capek keringetan (nyetir juga butuh kosentrasi tinggi lho, -terutama yang zigzag -,-) bapak polisinya bilang (kira-kira intinya begini) :

“Sebenarnya lulus atau nggak itu kan cuma parameter saja mba, cuma persyaratan resmi yang ditentukan dinas. Kenyataannya saya sendiri juga ga bisa menjamin, kedepannya orang itu akan bagaimana. Bisa saja dia lulus dengan nilai bagus, tapi siapa yang bisa jamin dia tidak akan ugal-ugalan di jalan? ”

 

pictures from : "Be A Great Fighther" book

 

Jujur adalah suatu kebanggan tersendiri. Kita semestinya membiasakan yang benar, bukan membenarkan yang biasa.

Thanks for reading this post :)

And also Happy fasting!!! :)

minal 'aidzin wal faidzin.

chusna :)